Tersenyum

Tersenyum

Selasa, 21 April 2015

KONSEP UTAMA CLIENT CENTERED
A.     Pandangan tentang manusia
Rogers menunjukan kepercayaan yang mendalam pada manusia.  Memandang manusia tersosialsasi dan bergerak ke depan, berjuang untuk berfungsi penuh serta memiliki kebaikan yang positif pada intinya yang terdalam. Manusia dipercayai dan pada dasarnya manusia itu kooperatif dan kosntruktif. Pandangan tentang manusia yang positif memiliki iplikasi yang berarti bagi praktik terapi client centered.
B.     Ciri-ciri pendekatan client centered
Pendekatan ini berfokus pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh. Klien merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri dank lien adalah orang yang harus menemukan tingkah laku yang lebih pantas bagi dirinya. Pendekatan client centered ini menekankan pada dunia fenomenal klien. Dengan empati yang cermat dan dengan usaha untuk memahami klien. Berdasarkan konsep bahwa hasrat ingin untuk bergerak menuju kematangan psikologis berakar dari dalam manusia, prinsip terapi client centered diterapkan pada individu yang normal dan individu yang memiliki penyimpangan psikologoisnya. Pendekatan client centered berakar pada sekumpulan sikap dan kepercayaan yang ditunjukan oleh terapis atau sebagai suatu cara ada dan sebagai perjalanan bersama di mana baik terapis maupun klien memperlihatkan kemanusiawiannya dan berpartisipasi dalam pengalaman pertumbuhan.
C.     Proses terapeutik
Tujuan dari terapi ini adalah menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha membantu klien untuk menjadi seorang pribadi yang berfungsi penuh. Guna mencapai terapi ini, terapis perlu mengusahakan agar klien bisa memahami hal-hal yang ada dibalik topeng yang dikenakannya.  Keterbukaan pada pengalaman perlu memandang kenyataan tanpa mengubah bentuknya supaya sesuai dengan struktur diri yang tersusun lebih dulu. Keterbukaan pada pengalaman menyiratkan menjadi lebih sadar terhadap kenyataan sebagaimana kenyataan itu hadir di luar di dirinya. Tujuan berikutnya adalah memabntu klien dalam membangun rasa percaya terhadap diri sendiri. Dengan meningkatnya keterbukaan klien pada pengalaman-pengalamannya sendiri, kepercayaan klien pada dirinya senidri pun mulai timbul. Tempat evaluasi internal berkaitan dengan kepercayaan diri, yaitu lebih banyak mencari jawaban-jawaban pada diri sendiri bagi masalah-masalah keberadaannya. Tonggak terapi client centered adalah anggapannya bahwa klien dalam hubungannya dengan terapi yang menunjang, memiliki kesanggupan untuk menentukan dan menjernihkan tujuan-tujuan sendiri.
Peran terapis berakar pada cara-cara keberadaannya dan sikap-sikapnya, bukan pada penggunaan teknik-teknik yang dirancang untuk menjadikan klien berbuat sesuatu. Pendekatan ini menunjukan bahwa yang menuntut perubahan kepribadian klien adalah sikap-sikap terapis alih-alih pengetahuan, teori-teori, atau teknik-teknik yang digunakan. Pada dasarnya terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai alat untuk mengubah. Sedangkan fungsi terapis adalah membangun suatu ilkim terepeutik yang menunjang pertumbuhan klien. Jadi, terapis ini membangun hubungan yang membantu di mana klien akan mengalami kebebasan yang diperlukan untuk mengeksplorasi are-area hidupnya yang sekarang diingkari. Perubahan terapeutik bergantung pada persepsi klien, baik tentang pengalamannya sendiri dalam terapi maupun tentang sikap-sikap dasar konselor.
D.    Teknik-teknik Terapeutik
Teknik client centered dengan pengungkapan dan pengomunikasian penerimaan, respek, dan pengertian, serta berbagai upaya dengan klien dalam mengembangkan kerangka acuan internal, dengan memikirkan, merasakan , dan mengeksplorasikan. Hart (1990) membagi perkembangan teori Rogers ke dalam tiga periode, yaitu :
1.      Psikoterapi nondirektif : menekankan penciptaan iklim permisif dan noninterventif. Klien akan mencapai pemahaman atas dirinya sendiri dan atas situasi kehidupannya.
2.      Psikoterapi reflektif : merefleksikan perasaan-perasaan klien dan menghindari ancaman dalam hubungan dengan kliennya. Dengan terapi ini klien memapu mengembangkan keselarasan antara konsep diri dan konsep idealnya.
3.      Terapi eksperiensial : difokuskan pada apa yang sedang dialami oleh klien dan pada pengungkapan apa yang sedang dialami oleh terapis.

Terori client centered memiliki penerapan langsung pada proses belajar-mengajar. Perhatian ini pada sifat proses belajar yang dilibatkan di dalam konseling dan telah beralih pada perhatian terhadap apa yang terjadi dalam pendidikan.


Subjek :
Corey, G. (2007). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Reflika Aditama 
Penjelasan Pendekatan Humanistik Eksistensial

A.      Konsep Dasar Pendektan Humanistik Eksistensial
1.       Kesadaran diri
Semakin kuat kesadaran diri seseorang, maka akan semakin besar juga kebebasan yang ada pada orang tersebut. Para eksistensialis menekankan bahwa manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.
2.       Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menajdi atribut dasar pada manusia. kesadaran akan kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesadaran menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi-potensinya.
3.       Penciptaan makna
Manusia itu unik, bahwa manusia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Manusia adalah makhluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna bisa menimbulkan kondisi isolasi, keterasingan dan kesepian. Namun, manusia juga berusaha untuk mengaktualisasikan diri yakni mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya.
B.      Unsur-Unsur terapi
1.       Tujuan terapeutik
Terapi ini bertujuan agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya.
2.       Fungsi dan peran terapis
Tugas utama terapis adalah berusaha memahami klien sebagai ada dalam dunia. Teknik yang digunakan mengikuti alih-alih mendahului pemahaman. Karena menekankan pada pengalam klien sekarang, para terapis ini menunjukan keleluasaan dalam menggunakan metode-metode, dan prosedur yang digunakan oleh mereka bisa bervariasi tidak hanya dari klien yang satu kepada klien yang lainnya.
C.      Teknik-teknik Terapeutik Humanistik Eksistensial
1.       Kesadaran diri
Menusia memiliki kesanggupan untuk menyadari diri yang menjadikan dirinya mampu melampaui situasi sekarang dan membentuk basis bagi aktivitas-aktivitas berpikir dan memilih yang khas manusia. kesadaran diri membedakan manusia dari makhluk lainnya. Dengan membuka pintu ke dunia diri, maka seseorang akan dapat diharapkan berjuang lebih ulet serta memiliki kemampuan untuk mendapat lebih banyak pemenuhan.
2.       Kebebasan dan tanggung jawab
Manusia memiliki kebebasan untuk memilih di antara alternative-alternatif. Manusia pada dasarnya bebas, maka dia harus bertanggung jawab atas pengarahan hidup dan penentuan nasibnya sendiri. Kebebasan adalah kesanggupan untuk meletakkan perkembangan di tangan sendiri dan untuk memilih di antara alternative-alternatif. Tentu saja, kebebasan memiliki batas-batas, dan pilihan-pilihan dibatasi oleh factor-faktor luar.
3.       Keterpusatan dan kebutuhan akan orang lain
Setiap individu memiliki kebutuhan untuk memelihara keunikan dan keterpusatannya, tetapi pada saat yang sama ia memiliki kebutuhan untuk keluar dari dirinya sendiri dan untuk berhubungan dengan orang lain serta dengan alam. Kegagalan dalam berhubungan dengan orang lain dan dengan alam menyebabkan kesepian, mengalami alienasi, keterasingan dan depersonalisasi.
4.       Pencarian makna
Salah satu karakteristik yang khas pada manusia adalah perjuangannya untuk merasakan arti dan maksud hidup. Manusia pada dasarnya selalu dalam pencarian makna dan identitas pribadi. Terapi eksistensial bisa menyediakan kerangka konseptual untuk membantu klien dalam usahanya mencari makna hidup.
5.       Kecemasan sebagai syarat hidup
Kecemasan menjadi suatu tenaga motivasioanal yang kuat untuk pertumbuhan. Kecemasan adalah akibat dari kesadaran atas tanggung jawab untuk memilih. Kecemasan adalah reaksi terhadap ancaman. Kecemasan adalah apa yang dirasakan ketika keberadaan diri terancam. Kecemasan bisa menjadi perangsang bagi pertumbuhan, dalam arti bahwa kita mengalami kecemasan dengan meningkatnya kesadaran kita atas kebebasan dan atas konsekuensi-konsekuensi dari penerimaan ataupun penolakan kebebasan.
6.       Kesadaran atas kematian dan non-ada
Kesadaran atas kematian adalah kondisi manusia yang mendasar yang memberikan makna kepada hidup. Para eksistensialis tidak memandang kematian secara negative. Karakteristik yang khas pada manusia adalah kemampuannya untuk memahami konsep masa depan dan tak bisa dihindarkannya kematian. Justru kesadaran atas akan terjadinya ketiadaan memberikan makna kepada keberadaan, sebab hal itu menjadikan setiap tindakan manusia itu berarti.
7.       Perjuangan untuk aktualisasi diri

Manusia berjuang untuk aktualisasi diri, yakni kecenderungan untuk menjadi apa saja yang mereka mampu. Setiap orang memiliki dorongan bawaan untuk menajdi seorang pribadi, yakni mereka memiliki kecenderungan ke arah pengembangan keunikan dan ketunggalan, penemuan identitas pribadi, dan perjuangan demi aktualisasi potensi-potensinya secara penuh.

Subjek :
Corey, G. (2007). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Reflika Aditama 
Penjelasan Konsep Dasar Psikoanalisis

A.      Konsep dasar teori psikoanalitik
1.       Struktur Kepribadian
Menurut pandangan psikoanalitik , struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem yaitu id merupakan komponen biologis, ego merupakan komponen psikologis dan superego merupakan komponen sosial. Berikut penjelasan mengenai struktur kepribadian.
a.       Id
Merupakan tempatnya naluri-naluri. Kepribadian seseorang  ketika dilahirkan hanya memiliki id.  Id tidak bisa menoleransi tegangan dan bekerja untuk melepaskan tegangan itu sesegera mungkin serta untuk mencapai keadaan homeostatik. Id diatur oleh asas kesenangan yang diarahkan pada pengurangan ketegangan, penghindaran kesakitan, dan perolehan kesenangan, id tidak bersifat logis, amoral, dan di rorong oleh satu kepentingan. Id hanya menginginkan atau bertindak , tidak berfikir dan bersifat tak sadar.
b.      Ego
Ego memiliki kontak dengan dunia eksternal dari kenyataan. Ego memiliki peran dalam kepribadian seperti memerintahkan, mengendalikan, dan mengatur. Ego mengendalikan kesadaran dan melaksanakan sensor. Dengan diatur oleh asas kenyataan, ego berlaku realistis dan berpikir logis serta merumuskan rencana-rencana tindakan bagi pemuasaan kebutuhan-kebutuhan. Ego merupakan tempat bersemayamnya intelegensi dan rasionalitas yang mengawasi dan mengendalikan impuls-impuls buta dari id.
c.       Superego
Superego merupakan cabang moral atau hukum dari kepribadian. Superego merupakan kode moral individu yang urusan utamanya adalah apakah suatu tindakan baik atau buruk, salah atau benar. Superego ini merepresentasikan hal-hal yang riel dan mendorong bukan pada kesenangan melainkan pada kesempurnaan. Superego berfungsi menghambat impuls-impuls id.
2.       Kesadaran dan ketidaksadaran
Kunci untuk memahami tingkah laku dan masalah-masalah kepribadian dalam pendekatan psikoanalisis adalah kesadaran dan ketidaksadaran. Bagi Freud kesadaran merupakan bagian terkecil dari keseluruhan jiwa. Ketidaksadaran menyimpan pengalaman-pengalaman, ingatan-ingatan, dan bahan-bahan yang direpresi. Menurut Freud sebagian besar fungsi psikologis terletak di luar kawasan kesadaran. Sasaran dari terapi psikoanalitik adalah membuat motif-motif tak sadar menjadi disadari, sebab hanya ketika menyadari motif-motifnyalah individu bisa melaksanakan pilihan atau berpikir dan bertindak.
3.       Mekanisme pertahanan ego
Mekanisme pertahanan ego membantu individu mengatasi kecemasan dan mencegah terlukanya ego. Mekanisme-mekanisme pertahanan yang digunakan oleh individu bergantung pada taraf perkembangan dan derajat kecemasan yang dialaminya. Berikut macam-macam mekanisme pertahanan ego.
a.       Penyangkalan merupakan pertahanan melawan kecemasan dengan menutup mata terhadap keberadaan yang mengancam.
b.      Proyeksi merupakan memindahkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang lain.
c.       Fiksasi merupakan terpakunya pada tahap-tahap perkembangan yang lebih awal karena mengambil langkah ke tahap selanjutnya bisa menimbulkan kecemasan.
d.      Regresi adalah melangkah mundur ke fase perkembangan yang lebih awal yang tuntutan-tuntutannya tidak terlalu besar.
e.      Rasionalisasi adalah menciptakan alasan-alasan yang baik guna menghindarkan ego dari cedera atau memalsukan diri sehingga kenyataan yang mengecewakan menjadi tidak begitu menyakitkan.
f.        Sublimasi adalah menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau yang secara social lebih dapat diterima bagi dorongan-dorongannya.
g.       Displacement adalah mengarahkan energy kepada objek atau orang lain apabila objek asal atau orang yang sesungguhnya, tidak bisa dijangkau.
h.      Represi adalah melupakan isi kesadaran yang traumatis atau bisa membangkitkan kecemasan.
i.         Formasi reaksi adalah melakukan tindakan yang berlawanan dengan hasrat-hasrat tak sadar.
4.       Perkembangan psikoseksual
Menurut pendekatan psikoanalitik perkembangan psikoseksual terdiri dari lima tahap yaitu:
a.       Fase oral, dari lahie sampai akhir usia satu tahun seorang bayi menjalani fase oral. Mulut dan bibir merupakan zona erogen yang peka selama fase oral dan bayi mengalami kenikmatan erotic dari tindakannya menghisap.
b.      Fase anal, dalam fase ini memiliki tugas-tugas yang harus diselesaikan yaitu belajar mandiri, memiliki kekuatan pribadi dan otonomi, serta belajar bagaimana mengakui dan menangani perasaan-perasaan yang negative. Dalam tahap ini dimulai pada usia satu sampai tiga tahun. Dalam tahap ini anak diajarkan toilet training.
c.       Fase falik, dalam fase ini kesanggupan dalam berbagai hal seperti kesanggupan untuk berjalan, berbicara, berpikir, dan mengendalikan otot-otot berkembang pesat. Pada tahap ini dimulai dari usia tiga tahun sampai lima tahun. Pada fase ini, aktivitas seksual menjadi lebih intens dan perhatian dipusatkan pada alat-alat kelamin.
d.      Fase laten, dimana dalam fase ini adalah fasenya istirahat tidak terjadi apa-apa atau perubahan.
e.      Fase gential, dalam fase ini berpusat pada genital seseorang.
B.      Unsur-unsur terapi
1.       Tujuan terapi
Tujuan terapi ini adalah membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari di dalam diri klien.
2.       Fungsi dan peran terapis
Terapis membiarkan dirinya anonim serta hanya berbagai sedikit perasaan dan pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada analisis. Terapis terlebih dahulu harus membangun hubungan kerja dengan klien kemudian perlu banyak mendengar dan menafsirkan. Salah satu fungsi utama dari terapis adalah mengajrkan arti proses-proses kepada klien sehingga klien mampu memperoleh pemahaman terhadap masalah-masalahnya sendiri, mengalami peningkatan kesadaran atas cara-cara untuk berubah.
3.       Munculnya permasalahan
Dalam pendekatan ini, biasanya munculnya masalah karena direpres terus sehingga menumpuk dalam ketidaksadaran. Semakin banyak yang direpres membuat seseorang merasa terganggu dalam hidupnya.
C.      Teknik-teknik terapi
Teknik dasar terapi psikoanalitik terdiri dari lima yaitu :
1.       Asosiasi bebas
Teknik ini meminta kepada klien agar membersihkan pikirannya dari pemikiran-pemikiran dan renungan-renungan sehari-hari dan sebisa mungkin mengatakan apa saja yang melintas dalam pikirannya tidak dibatasi ketika bercerita. Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalanman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatic dimasa lampau.
2.       Penafsiran
Penafsiran merupakan suatu prosedur dasar dalam menganalisis asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi, dan transferensi-transferensi. Fungsi penafsiran adalah mendorong ego untuk mengasimilasi bahan-bahan baru dan mempercepat proses penyingkapan bahan tak sadar lebih lanjut. Penafsiran ini menyebabkan pemahaman dan tidak terhalanginya bahan tak sadar pada pihak klien.
3.       Analisis mimpi
Freud memandang mimpi-mimpi sebagai jalan istimewa menuju ketidaksadaran, sebab melalui mimpi-mimpi itu hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan yang tak disadari diungkapkan. Mimpi-mimpi memiliki dua taraf isi yaitu isi laten dan isi manifest. Isi laten terdiri atas motif-motif yang disamarka, tersembunyi, simbolik dan tak sadar, sedangkan isi manifes merupakan trasnformasi dari isi laten dengan isi manifes lebih dapat diterima, yakni impian sebagaimana yang tampil pada si pemimpi. Tugas terapis dalam hal ini adalah menyingkap makna-makana yang disamarkan dengan mempelajari symbol-simbol yang terdapat pada isi manifest mimpi.
4.       Analisis dan penafsiran resistensi
Resistensi adalah suatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tak disadari. Freud memandang resistensi sebagai dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongan-dorongan dan perasaan-perasaannya yang direpresi.
5.       Analisis dan penafsiran transferensi

Analisis transferensi adalah teknik yang utama dalam psikoanalisis, sebab mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi. Klien mampu memperoleh pemahaman atas sifat dari fiksasi-fiksasi dan deprivasi-deprivasi dan menyajikan pemahaman tentang pengaruh masa lampau terhdap kehidupannnya sekarang.

Subjek : 
Corey, G. (2007). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Reflika Aditama.
Person Centered Therapi (Rogers)

Tokoh yang mengungkapkan terapi client- centered adalah Carl Rogers. Ia mengembangkan terapi client- centered sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Pendekatan client centered merupakan cabang khusus dari terapi humanistic yang menekankan bahwa pada tindakan mengalami klien berikut dunia subjektif dan fenomenalnya. Pendekatan ini, menaruh kepercayaan yang besar pada kesanggupan klien untuk mengikuti jalan terapi dan menemukan arahnya sendiri. Hubungan terapeutik antara terapis dank lien merupakan katalisator bagi perubahan. Menurut Palmer (2010) pendekatan ini, klien menggunakan hubungan yang unik sebagai alat untuk meningkatkan kesadaran dan untuk menemukan sumber-sumber terpendam yang bisa digunakan secara konstruktif dalam pengubahan hidupnya.

Menurut Rogers teori client centered adalah sebagai sekumpulan prinsip percoabaan yang berkaitan dengan perkemabngan proses terapi dan bukan sebagai dogma karena Rogers tidak mengungkapkan teori client centered sebagai suatu pendekatan terapi yang tetap dan tuntas. Pendekatan ini berfokus pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara-cara mengahdapi kenyataan secara lebih penuh. Dalam pendekatan ini, klien sebagai orang yang paling mengetahui dirinya sendiri sehingga klien adalah orang yang harus menemukan tingkah laku yang lebih pantas bagi dirinya. Client-centered menekankan dunia fenomenal klien. Menurut pendekatan client-centered, psikoterapi hanyalah salah satu contoh dari hubungan pribadi yang konstruktif. Klien mengalami pertumbuhan psikoterapeuitk di dalam dan melalui hubungannya dengan seseorang yang membantunya melakukan apa yang tidak bisa dilakukannya sendirian. 

Subjek:
Palmer, S. (2011). Konseling dan pskioterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Terapi Humanistik Eksestensial

Menurut Corey (2007) pendekatan eksistensial humanistic menekankan renungan-renungan filosofis tentang apa artinya menjadi manusia yang utuh. Banyak ahli psikologi yang yang berorientasi eksestensial  seperti Rogers (1961), May (1969), Frankl (1963), Maslow (1970), dll. Tujuan dari pendekatan psikoterapi ini adalah membantu individu agar mampu bertindak, menerima kebebasan, dan bertanggung jawab untuk tindakan-tindakannya. Terapi ini berpijak pada manusia tidak bisa melarikan diri dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab saling berkaitan. Pendekatan ini memusatkan perhatian pada asumsi-asumsi filosofis yang melandasi terapi.  Landasan filosofis bagi orang-orang dalam hubungan dengan sesamanya yang menjadi cirri khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konseling dan yang melalui implikasi-implikasi bagi usaha membantu individu dalam mengahadapi pertanyaan dasar yang menyangkut keberadaan manusia. Pendekatan eksistensial ini tidak hanya mempelajari cara berpikir tentang eksistensi dan menerapkannya pada pendekatan lain secara terpisah. Keterlibatan terapis menjadi bermakna dalam cara yang sangat pribadi atau bagaimana cara untuk menjadi.
Menurut Palmer (2011) terapi eksistensial berakar pada filsafat eksistensial. Filsuf yang berfokus pada pemahaman eksistensi manusia bisa digambarkan sebagai eksistensial.  Berikut filsuf yang termasuk ke dalam filsuf eksistensial adalah Kierkegaard, Nietzsche yang merupakan filsuf kebebasan. Martin Heidegger (1889-1976) merupakan pendiri eksistensialisme yang berpengaruh besar terhadap konseling dan psikoterapi eksistensial.  Psikolog Rollo may (1909-1994) berperan membawa gagasan eksistensial ke Amerika dan psikiatris Irvin Yalom mengukuhkan keberadaan pendekatan eksistensial di Negara Amerika.



Sumber :
Corey, G. (2007). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Reflika Aditama
Palmer, S. (2011). Konseling dan pskioterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Terapi Psikoanalisis

Salah satu aliran dalam psikologi adalah aliran psikoanalisis. Menurut Corey (2007) Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Menurut sejarah, psikoanalisis merupakan aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi yaitu behavioristik dan humanistik. Sigmund freud merupakan pencipta pendektan psikodinamika terhadap psikologi.  Freud mempunyai sumbangan-sumbangan utama yang bersejarah dari teori dan praktek psikoanalitik mencakup kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman terhadap sifat manusia bisa diterapkan pada penderitaan manusia. Kedua, tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh factor-faktor tak sadar. Ketiga, perkembangan pada masa kanak-kanak memiliki pengaruh yang kuat terhadap kepribadian dimasa dewasa. Keempat, teori ini menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami cara-cara yang digunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan dengan menggunakan defence mekanisme. Terakhir, pendekatan ini telah memberikan cara mencari keterangan dari ketidaksadaran melalui analisis atas mimpi-mimpi, resistensi-resistensi, dan transferensi-transferensi. 
Selain Freud ada juga tokoh-tokoh yang termasuk ke dalam pendekatan psikoanalisis yang biasa disebut dengan Neo-Freudian. Tokoh-tokoh tersebut seperti Jung, Adler, Rank, Horney, Fromm, Sullivan dan Erikson. Mereka mempersoalkan keterbatasan Freud dan konsepnya tentang sifat manusia yang deterministic. Meskipun membentuk reaksi melawan teori naluri dari psikoanalisis Freudian, mereka membangun konsep-konsep manusia dari landasan yang telah dibangun oleh Freud. Berikut salah dua konsep-konsep dari Neo-Freudian :
1.       Carl Jung
Menekankan peran maksud dalam perkembangan manusia. Jung memiliki pandangan yang optimis dan kreatif tentang manusia, menekankan tujuan aktualisasi diri. Masa kini tidak hanya ditentukan oleh masa lampau, tetapi juga oleh masa mendatang.  Konsep-konsep utama Carl Jung adalah ketidaksadaran personal, ketidaksadaran kolektif, pesona, animus dan anima, dua sikap (ekstraversi dan introversi).
2.       Alfred Adler

Manusia dimotivasi oleh dorongan-dorongan social. Pria dan wanita adalah makhluk social dimana masing-masing orang dalam berelasi dengan orang lain mengembangkan gaya hidup yang unik. Adler menekankan determinan-determinan social kepribadian bukan determinan seksual. Konsep-konsep utama Adler adalah inferioritas dasar dan kompensasi, usaha untuk mencapai superioritas, gaya hidup, dll.

Sumber : 
Corey, G. (2007). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Reflika Aditama