KEGELISAHAN di USIA SENJA
Kegelisahan merupakan penyakit jiwa yang paling sering terjadi di masyarakat, bahkan jumlah orang yang rutin melakukan pemeriksaan jiwa dan saraf, serta mereka yang mengalami problem-problem psikologis—terutama kegelisahan—terus bertambah. Hal ini ditegaskan oleh penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika dan Inggris. Badan statistik di Amerika mengungkapkan bahwa 85% orang yang sakit jiwa terkena kegelisahan. Secara umum kegelisahan terjadi pada anak-anak kecil, atau pada masa-masa puber dan awal-awal menginjak dewasa, atau pada orang-orang yang sudah lanjut usia, atau juga pada sebagian besar siswa dan pelajar. Di Inggris, misalnya, ditemukan bahwa jumlah mahasiswa yang terkena kegelisahan mencapai 9%, dan jumlah mahasiswi mencapai 14%.
Setiap orang siapapun orangnya itu, baik mereka yang tingkat social nya tinggi, rendah,usia bayi maupun lansia, mereka pasti mempunyai rasa kegelisahan. Kegelisahan yang kita alami itu adalah ciptaan kita sendiri. Hal ini karena kita tidak pernah mempelajari lebih jauh tentang keadaan yang sesungguhnya, dan tidak mengenal lebih dalam tentang bahaya perasaan kita yang subjektif, maka perasaan mementingkan diri sendiri menciptakan pandangan yang salah dalam menilai berbagai hal, sehingga gelisah muncul dalam batin kita.
Namun, jika kita dapat menilai segala hal dengan perspektif yang benar, maka kita akan menemukan bahwa tidak ada sesuatu pun yang kekal di dunia ini; termasuk kegelisahan yang disebabkan oleh kemelekatan kita akan keakuan – yang merupakan khayalan liar yang selalu berlari ke sana ke mari dalam pikiran kita yang tidak dapat tenang karena tidak terlatih. Dengan memiliki pandangan yang benar, maka kita dapat menemukan jalan untuk mengatasinya. Kita harus memperkuat hati dan pikiran kita untuk belajar melepas rasa memntingkan diri sendiri, dan belajar pula untuk lebih peduli pada orang lain, serta masyarakat luas. Ini merupakan salah satu cara untuk mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Contoh kasus kegelisahan di usia lanjut :
LANSIA pengertian lanjut usia (lansia) ialah manusia yang berumur di atas usia 60 tahun dan masih hidup. Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8).
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni :
1. kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.
2. kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3. kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Bagi kebanyakan orang yang sudah memasuki usia lanjut dan memasuki masa pensiun biasanya pada umur (55-64) seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan, sehingga pada masanya banyak orang yang mengalami sulit tidur, sering cemas dan gelisah hingga sering mengeluh. Keluhan yang dirasakan, berada pada tingkat ringan dan sementara saja. Hal ini terjadi karena orang yang akan pensiun merasa akan kehilangan segalanya, kehilangan kekuasaan dan prestise , bahkan harga diripun akan ikut hilang. Sehingga orang yang pensiun tidak akan menikmati masa tuanya dengan tenang, senang dan santai, namun justru akan merasa sedih, gelisah dan muncul problem kejiwaan yang dinamakan Post Power Syndrome (PPS).
PPS sering dipahami sebagai kumpulan gejala atau tanda yang terjadi dimana “penderita” hidup dalam bayang bayang kebesaran masa lalunya (jabatan, karier, kecerdasan, kepemimpinan, kecantikanya dan sebagainya) dan penderita seakan tidak bisa menerima keadaan itu seperti contohnya masa pensiun, tinggal serumah dengan anak-menantu dan cucu, jadi tinggal di panti werda, keadaan fisik yang melemah, dan sebagainya. Semua perubahan ini dapat menimbulkan tekanan. PPS merupakan bagian dari krisis identitas yang disebabkan tidak siapnya seseorang atas terjadinya sebuah perubahan. Parahnya,hampir tidak semua orang berhasil melalui fase ini dengan baik. Bahkan ada juga yang mengalami fase ini hingga mencapai kondisi berat yang ditandai dengan gejala tidak dapat berpikir rasional dalam jangka waktu tertentu , menjadi introvert (pribadi yang tertutup) hingga depresi berat.
Gejala yang tampak lainnya adalah gejala fisik , emosi dan perilaku. Gejala fisik dapat dilihat dari seseorang yang tampak lebih tua dibanding pada saat dia menjabat.Gejala emosi misalnya cepat tersinggung, merasa tidak berharga, ingin menarik diri dari lingkungan pergaulan, dan sebagainya. Gejala perilaku misalnya malu bertemu orang lain, lebih mudah melakukan kekerasan , sering menunjukan kemarahan dan sebagainya.
Gejala-gejala diatas bisa dialami oleh seseorang dikarenakan kekuasaan yang telah dimilikinya selama bertahun tahun harus begitu saja ditinggalkannya sehingga ada semacam ketidaksiapan atau kegamangan untuk menghadapi kondisi yang mungkin belum terbayangkan sebelumnya . Keadaan akan berbeda jika seseorang lengser dari kekuasaanya pada saat usianya masih muda maka kemungkinan akan terjangkit post power syndrome akan sangat kecil.
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan dalam melakukan pencegahan dan penanganan PPS. Kita sebagai manusia harus sadar bahwa jabatan adalah pemberian dari Allah SWT, otomatis kita juga tidak boleh menganggap bahwa jabatan itu secara permanen milik kita yang harus dipertahankan sepenuhnya. Namun selama memegang jabatan, perlu ada pemikiran mengenai kaderisasi. Perlunya pembelajaran mengenai sifat rendah hati. Terpenting, selama kehidupan ini kita perlu belajar menyadari bahwa segala sesuatu itu adalah karunia Allah SWT dan kita tidak boleh menganggap jabatan yang dipercayakan kepada kita adalah milik kita yang harus kita pertahankan sepenuhnya.
sumber :
http://www.bodhidharma.or.id/dharma-bodhi/38-dharma-bodhi/444-gelisah-dan-takut.html?tmpl=component&print=1&page=
http://www.persiapanpensiun.org/post-power-syndrome-gelisah-saat-pensiun/
http://eprints.undip.ac.id/20145/
http://www.bodhidharma.or.id/dharma-bodhi/38-dharma-bodhi/444-gelisah-dan-takut.html?tmpl=component&print=1&page=
http://www.persiapanpensiun.org/post-power-syndrome-gelisah-saat-pensiun/
http://eprints.undip.ac.id/20145/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar