Tersenyum

Tersenyum

Selasa, 21 April 2015

Penjelasan Konsep Dasar Psikoanalisis

A.      Konsep dasar teori psikoanalitik
1.       Struktur Kepribadian
Menurut pandangan psikoanalitik , struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem yaitu id merupakan komponen biologis, ego merupakan komponen psikologis dan superego merupakan komponen sosial. Berikut penjelasan mengenai struktur kepribadian.
a.       Id
Merupakan tempatnya naluri-naluri. Kepribadian seseorang  ketika dilahirkan hanya memiliki id.  Id tidak bisa menoleransi tegangan dan bekerja untuk melepaskan tegangan itu sesegera mungkin serta untuk mencapai keadaan homeostatik. Id diatur oleh asas kesenangan yang diarahkan pada pengurangan ketegangan, penghindaran kesakitan, dan perolehan kesenangan, id tidak bersifat logis, amoral, dan di rorong oleh satu kepentingan. Id hanya menginginkan atau bertindak , tidak berfikir dan bersifat tak sadar.
b.      Ego
Ego memiliki kontak dengan dunia eksternal dari kenyataan. Ego memiliki peran dalam kepribadian seperti memerintahkan, mengendalikan, dan mengatur. Ego mengendalikan kesadaran dan melaksanakan sensor. Dengan diatur oleh asas kenyataan, ego berlaku realistis dan berpikir logis serta merumuskan rencana-rencana tindakan bagi pemuasaan kebutuhan-kebutuhan. Ego merupakan tempat bersemayamnya intelegensi dan rasionalitas yang mengawasi dan mengendalikan impuls-impuls buta dari id.
c.       Superego
Superego merupakan cabang moral atau hukum dari kepribadian. Superego merupakan kode moral individu yang urusan utamanya adalah apakah suatu tindakan baik atau buruk, salah atau benar. Superego ini merepresentasikan hal-hal yang riel dan mendorong bukan pada kesenangan melainkan pada kesempurnaan. Superego berfungsi menghambat impuls-impuls id.
2.       Kesadaran dan ketidaksadaran
Kunci untuk memahami tingkah laku dan masalah-masalah kepribadian dalam pendekatan psikoanalisis adalah kesadaran dan ketidaksadaran. Bagi Freud kesadaran merupakan bagian terkecil dari keseluruhan jiwa. Ketidaksadaran menyimpan pengalaman-pengalaman, ingatan-ingatan, dan bahan-bahan yang direpresi. Menurut Freud sebagian besar fungsi psikologis terletak di luar kawasan kesadaran. Sasaran dari terapi psikoanalitik adalah membuat motif-motif tak sadar menjadi disadari, sebab hanya ketika menyadari motif-motifnyalah individu bisa melaksanakan pilihan atau berpikir dan bertindak.
3.       Mekanisme pertahanan ego
Mekanisme pertahanan ego membantu individu mengatasi kecemasan dan mencegah terlukanya ego. Mekanisme-mekanisme pertahanan yang digunakan oleh individu bergantung pada taraf perkembangan dan derajat kecemasan yang dialaminya. Berikut macam-macam mekanisme pertahanan ego.
a.       Penyangkalan merupakan pertahanan melawan kecemasan dengan menutup mata terhadap keberadaan yang mengancam.
b.      Proyeksi merupakan memindahkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang lain.
c.       Fiksasi merupakan terpakunya pada tahap-tahap perkembangan yang lebih awal karena mengambil langkah ke tahap selanjutnya bisa menimbulkan kecemasan.
d.      Regresi adalah melangkah mundur ke fase perkembangan yang lebih awal yang tuntutan-tuntutannya tidak terlalu besar.
e.      Rasionalisasi adalah menciptakan alasan-alasan yang baik guna menghindarkan ego dari cedera atau memalsukan diri sehingga kenyataan yang mengecewakan menjadi tidak begitu menyakitkan.
f.        Sublimasi adalah menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau yang secara social lebih dapat diterima bagi dorongan-dorongannya.
g.       Displacement adalah mengarahkan energy kepada objek atau orang lain apabila objek asal atau orang yang sesungguhnya, tidak bisa dijangkau.
h.      Represi adalah melupakan isi kesadaran yang traumatis atau bisa membangkitkan kecemasan.
i.         Formasi reaksi adalah melakukan tindakan yang berlawanan dengan hasrat-hasrat tak sadar.
4.       Perkembangan psikoseksual
Menurut pendekatan psikoanalitik perkembangan psikoseksual terdiri dari lima tahap yaitu:
a.       Fase oral, dari lahie sampai akhir usia satu tahun seorang bayi menjalani fase oral. Mulut dan bibir merupakan zona erogen yang peka selama fase oral dan bayi mengalami kenikmatan erotic dari tindakannya menghisap.
b.      Fase anal, dalam fase ini memiliki tugas-tugas yang harus diselesaikan yaitu belajar mandiri, memiliki kekuatan pribadi dan otonomi, serta belajar bagaimana mengakui dan menangani perasaan-perasaan yang negative. Dalam tahap ini dimulai pada usia satu sampai tiga tahun. Dalam tahap ini anak diajarkan toilet training.
c.       Fase falik, dalam fase ini kesanggupan dalam berbagai hal seperti kesanggupan untuk berjalan, berbicara, berpikir, dan mengendalikan otot-otot berkembang pesat. Pada tahap ini dimulai dari usia tiga tahun sampai lima tahun. Pada fase ini, aktivitas seksual menjadi lebih intens dan perhatian dipusatkan pada alat-alat kelamin.
d.      Fase laten, dimana dalam fase ini adalah fasenya istirahat tidak terjadi apa-apa atau perubahan.
e.      Fase gential, dalam fase ini berpusat pada genital seseorang.
B.      Unsur-unsur terapi
1.       Tujuan terapi
Tujuan terapi ini adalah membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari di dalam diri klien.
2.       Fungsi dan peran terapis
Terapis membiarkan dirinya anonim serta hanya berbagai sedikit perasaan dan pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada analisis. Terapis terlebih dahulu harus membangun hubungan kerja dengan klien kemudian perlu banyak mendengar dan menafsirkan. Salah satu fungsi utama dari terapis adalah mengajrkan arti proses-proses kepada klien sehingga klien mampu memperoleh pemahaman terhadap masalah-masalahnya sendiri, mengalami peningkatan kesadaran atas cara-cara untuk berubah.
3.       Munculnya permasalahan
Dalam pendekatan ini, biasanya munculnya masalah karena direpres terus sehingga menumpuk dalam ketidaksadaran. Semakin banyak yang direpres membuat seseorang merasa terganggu dalam hidupnya.
C.      Teknik-teknik terapi
Teknik dasar terapi psikoanalitik terdiri dari lima yaitu :
1.       Asosiasi bebas
Teknik ini meminta kepada klien agar membersihkan pikirannya dari pemikiran-pemikiran dan renungan-renungan sehari-hari dan sebisa mungkin mengatakan apa saja yang melintas dalam pikirannya tidak dibatasi ketika bercerita. Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalanman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatic dimasa lampau.
2.       Penafsiran
Penafsiran merupakan suatu prosedur dasar dalam menganalisis asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi, dan transferensi-transferensi. Fungsi penafsiran adalah mendorong ego untuk mengasimilasi bahan-bahan baru dan mempercepat proses penyingkapan bahan tak sadar lebih lanjut. Penafsiran ini menyebabkan pemahaman dan tidak terhalanginya bahan tak sadar pada pihak klien.
3.       Analisis mimpi
Freud memandang mimpi-mimpi sebagai jalan istimewa menuju ketidaksadaran, sebab melalui mimpi-mimpi itu hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan yang tak disadari diungkapkan. Mimpi-mimpi memiliki dua taraf isi yaitu isi laten dan isi manifest. Isi laten terdiri atas motif-motif yang disamarka, tersembunyi, simbolik dan tak sadar, sedangkan isi manifes merupakan trasnformasi dari isi laten dengan isi manifes lebih dapat diterima, yakni impian sebagaimana yang tampil pada si pemimpi. Tugas terapis dalam hal ini adalah menyingkap makna-makana yang disamarkan dengan mempelajari symbol-simbol yang terdapat pada isi manifest mimpi.
4.       Analisis dan penafsiran resistensi
Resistensi adalah suatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tak disadari. Freud memandang resistensi sebagai dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongan-dorongan dan perasaan-perasaannya yang direpresi.
5.       Analisis dan penafsiran transferensi

Analisis transferensi adalah teknik yang utama dalam psikoanalisis, sebab mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi. Klien mampu memperoleh pemahaman atas sifat dari fiksasi-fiksasi dan deprivasi-deprivasi dan menyajikan pemahaman tentang pengaruh masa lampau terhdap kehidupannnya sekarang.

Subjek : 
Corey, G. (2007). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Reflika Aditama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar