KONSEP
UTAMA CLIENT CENTERED
A. Pandangan tentang manusia
Rogers
menunjukan kepercayaan yang mendalam pada manusia. Memandang manusia tersosialsasi dan bergerak
ke depan, berjuang untuk berfungsi penuh serta memiliki kebaikan yang positif
pada intinya yang terdalam. Manusia dipercayai dan pada dasarnya manusia itu
kooperatif dan kosntruktif. Pandangan tentang manusia yang positif memiliki
iplikasi yang berarti bagi praktik terapi client centered.
B. Ciri-ciri
pendekatan client centered
Pendekatan
ini berfokus pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan
cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh. Klien merupakan orang yang
paling tahu mengenai dirinya sendiri dank lien adalah orang yang harus
menemukan tingkah laku yang lebih pantas bagi dirinya. Pendekatan client
centered ini menekankan pada dunia fenomenal klien. Dengan empati yang cermat
dan dengan usaha untuk memahami klien. Berdasarkan konsep bahwa hasrat ingin
untuk bergerak menuju kematangan psikologis berakar dari dalam manusia, prinsip
terapi client centered diterapkan pada individu yang normal dan individu yang
memiliki penyimpangan psikologoisnya. Pendekatan client centered berakar pada
sekumpulan sikap dan kepercayaan yang ditunjukan oleh terapis atau sebagai
suatu cara ada dan sebagai perjalanan bersama di mana baik terapis maupun klien
memperlihatkan kemanusiawiannya dan berpartisipasi dalam pengalaman
pertumbuhan.
C. Proses
terapeutik
Tujuan
dari terapi ini adalah menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha membantu
klien untuk menjadi seorang pribadi yang berfungsi penuh. Guna mencapai terapi
ini, terapis perlu mengusahakan agar klien bisa memahami hal-hal yang ada
dibalik topeng yang dikenakannya. Keterbukaan
pada pengalaman perlu memandang kenyataan tanpa mengubah bentuknya supaya
sesuai dengan struktur diri yang tersusun lebih dulu. Keterbukaan pada
pengalaman menyiratkan menjadi lebih sadar terhadap kenyataan sebagaimana
kenyataan itu hadir di luar di dirinya. Tujuan berikutnya adalah memabntu klien
dalam membangun rasa percaya terhadap diri sendiri. Dengan meningkatnya
keterbukaan klien pada pengalaman-pengalamannya sendiri, kepercayaan klien pada
dirinya senidri pun mulai timbul. Tempat evaluasi internal berkaitan dengan
kepercayaan diri, yaitu lebih banyak mencari jawaban-jawaban pada diri sendiri
bagi masalah-masalah keberadaannya. Tonggak terapi client centered adalah
anggapannya bahwa klien dalam hubungannya dengan terapi yang menunjang,
memiliki kesanggupan untuk menentukan dan menjernihkan tujuan-tujuan sendiri.
Peran
terapis berakar pada cara-cara keberadaannya dan sikap-sikapnya, bukan pada
penggunaan teknik-teknik yang dirancang untuk menjadikan klien berbuat sesuatu.
Pendekatan ini menunjukan bahwa yang menuntut perubahan kepribadian klien
adalah sikap-sikap terapis alih-alih pengetahuan, teori-teori, atau
teknik-teknik yang digunakan. Pada dasarnya terapis menggunakan dirinya sendiri
sebagai alat untuk mengubah. Sedangkan fungsi terapis adalah membangun suatu
ilkim terepeutik yang menunjang pertumbuhan klien. Jadi, terapis ini membangun
hubungan yang membantu di mana klien akan mengalami kebebasan yang diperlukan
untuk mengeksplorasi are-area hidupnya yang sekarang diingkari. Perubahan
terapeutik bergantung pada persepsi klien, baik tentang pengalamannya sendiri dalam
terapi maupun tentang sikap-sikap dasar konselor.
D. Teknik-teknik
Terapeutik
Teknik
client centered dengan pengungkapan dan pengomunikasian penerimaan, respek, dan
pengertian, serta berbagai upaya dengan klien dalam mengembangkan kerangka
acuan internal, dengan memikirkan, merasakan , dan mengeksplorasikan. Hart
(1990) membagi perkembangan teori Rogers ke dalam tiga periode, yaitu :
1. Psikoterapi
nondirektif : menekankan penciptaan iklim permisif dan noninterventif. Klien
akan mencapai pemahaman atas dirinya sendiri dan atas situasi kehidupannya.
2. Psikoterapi
reflektif : merefleksikan perasaan-perasaan klien dan menghindari ancaman dalam
hubungan dengan kliennya. Dengan terapi ini klien memapu mengembangkan
keselarasan antara konsep diri dan konsep idealnya.
3. Terapi
eksperiensial : difokuskan pada apa yang sedang dialami oleh klien dan pada
pengungkapan apa yang sedang dialami oleh terapis.
Terori
client centered memiliki penerapan langsung pada proses belajar-mengajar.
Perhatian ini pada sifat proses belajar yang dilibatkan di dalam konseling dan
telah beralih pada perhatian terhadap apa yang terjadi dalam pendidikan.
Subjek :
Corey, G. (2007). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Reflika Aditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar